Bahasa Kamboja (Khmer) termasuk bahasa yang sulit. Seperti kebanyakan bahasa di negara Asia lainnya – seperti Thailand, India, Cina, Jepang, dll, bahasa Kamboja memiliki skript tersendiri yang tidak dengan pas dapat ditulis dengan skript latin. Abjadnya lebih banyak dan kosa kata biasanya terdiri dari gabungan beberapa hurup hidup, menciptakan bunyi yang agak mirip dengan bahasa Aceh. Kesalahan pengucapan sedikit saja, atau kesalahan harkat, bisa menyebabkan orang salah faham atau bahkan tidak mengerti sama sekali.
Makanan juga merepotkan karena cita rasa masakan tradisional di sini beda dengan selera Indonesia. Kebanyakan lauk terasa asam, kecut atau manis, dan beraroma lain karena dicampur dengan daunan husus (tapi masakan modern yang ada di rumah makan yang lebih baik tidak seperti ini). Ada juga menu yang aneh-aneh seperti telur bebek yang hampir menetas (mereka sebut pong tie k’oon). Telur yang didalamnya sudah ada cabang bayi bebek ini biasanya direbus dan disajikan dengan sejenis salad dan beberapa saus. Ada juga keong rebus, jangkrik goreng dan laba-laba goreng. Mungin pengalaman pahit dan kelangkaan makanan ketika hidup di masa kepemimpinan Khmer Rouge membuat rakyat Kamboja mudah beradaptasi dengan berbagai jenis makanan.